Chapter 143 BAB 141

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Di ruangan kerja Ricko, Romi sedang duduk di kursi depan meja Ricko sambil memisahkan beberapa file yang harus dibaca Ricko. Saat Ricko datang, Romi segera memberikan brosur dan formulir yang diminta Ricko tentang kampus yang ada di sebelah perusahaan Ricko.

“Terima kasih Rom,” ucap Ricko pada Romi saat sudah menerima kertas formulir dan brosur itu di tangannya.

“Sama – sama. Rick, kamu yakin mengizinkan Intan kuliah di saat ia hamil seperti sekarang?” tanya Romi ikut khawatir dengan keadaan Intan.

“Mau bagaimana lagi, dia ingin sekali kuliah setelah lulus SMA. Kalau dicegah yang ada dia menangis dan sedih. Aku enggak mau dia bersedih atau stres, itu akan mempengaruhi kesehatan anakku yang ada di dalam kandungannya juga,” jawab Ricko setelah duduk di kursinya.

“Bukannya kalau kuliah nanti dia tambah stres dengan beban tugas kuliah?” tanya Romi lagi.

“Ya kalau dia stres, aku akan mengurungnya di rumah, tidak akan aku biarkan masuk kuliah, hahaha,” balas Ricko bercanda lalu membuka laptop yang ada di depannya.

Romi pun akhirnya tidak membalas lagi karena sudah kehabisan kata – kata. Setelah itu mereka membahas tentang pekerjaan yang akan diurus hari ini.

Sesampainya Dina di kampus, ia segera memarkirkan motornya dan berlari ke ruang BEM. Siang ini akan diadakan rapat untuk persiapan penerimaan mahasiswa baru, Dina menjadi salah satu panitianya. Saat Dina memasuki ruang BEM, rapat sudah dimulai. Ketua BEM menatap pintu dan tampaklah Dina yang ngos-ngosan karena habis berlari.

“Maaf Kak, saya telat,” ujar Dina meminta maaf sambil menunduk.

“Kamu telat sepuluh menit, tahu kan hukumannya apa?” balas ketua BEM yang bernama Ali itu setelah melihat waktu di jam tangannya.

“Iya Kak,” jawab Dina dengan lesuh lalu pergi dari ruang BEM itu dan menutup pintunya.

“Sial! Gara – gara mengejar si tampan Ricko tadi, aku jadi telat mengikuti rapat,” umpat Dina dengan cemberut sambil berjalan ke arah lapangan.

Hukuman untuk yang telat datang rapat sepulu menit adalah lari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali putaran. Sesampainya Dina di lapangan, ternyata di sana sudah ada yang sedang berlari sebanyak lima orang. Ia pun terpaksa ikut lari juga bersama kelima panitia yang telat datang rapat di bawah terik matahari siang itu

Sore hari Intan sedang menonton televisi di ruang tengah. Tiba – tiba ada sebuah iklan es krim wxxx yang membuat ia ingin memakan es krim itu juga. Intan menjilat bibir bawahnya membayangkan betapa segarnya es krim itu. Ia pun melihat jam di ponselnya yang kini menunjukkan pukul 15.05.

“Masih jam segini, beli es krim di luar sebentar deh,” gumam Intan lalu mematikan televisinya. Setelah itu ia naik ke lantai atas untuk mengambil jaket, uang, dan kunci motor.

Intan keluar rumah tanpa sepengetahuan Susi dan Bi Ani. Ia mengendarai motor sendirian menuju swalayan terdekat untuk membeli es krim yang sedang ia inginkan sekarang.

Tidak berapa lama Ricko pulang. Saat ia memarkirkan mobilnya di garasi, ia melihat motornya tidak ada di sana. Ia pun sangat yakin kalau Intan sedang pergi mengendarai motor sendirian. Ia segera masuk ke dalam rumah dengan tergesa – gesa dan memanggil kedua pembantunya yang sedari tadi berada di dalam kamar.

“Ke mana istriku pergi?” tanya Ricko dengan tegas.

Susi dan Bi Ani saling bertatapan saat di tanya Ricko tentang kepergian Intan. Sejak tadi siang mereka tidur siang di dalam kamar, sehingga tidak tahu bahwa Intan pergi dari rumah.

“Maaf, kami tidak tahu Pak,” jawab Susi sambil menunduk karena takut.

Ricko pun membalikkan badannya lalu menaruh tasnya di sofa ruang tengah. Setelah itu ia duduk di teras menunggu kepulangan Intan sambil mengecek ke mana perginya Intan memalui GPS yang ia pasang di motor yang dibawa Intan melalui ponselnya.