Chapter 105 BAB 104

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
2 hari kemudianr

r

Semua undangan sudah di cetak dan diberi nama. Pihak WO (wedding organizer) juga sudah memilahnya sesuai dengan lembaran yang di berikan Ricko.r

r

Karena Ricko memajukan pesta pernikahannya, sehingga pihak WO menjadi super sibuk sampai lembur – lembur minggu ini.r

r

Hari ini undangan itu akan di antar ke rumah Ricko. Karena Rudy adalah pegawai baru, sehingga ia di tugaskan untuk menjadi kurir mengambil dan mengantar barang – barang yang diperlukan klien.r

r

“Rudy kamu antar undangan ini ke rumah Pak Ricko ya?” Ujar Pak Evan atasan Rudy.r

r

‘Apa? Ke sana lagi? Aduh gimana ya? Kemarin saja mau di colok mataku. Kalau hari ini ke sana lagi, apa nggak di gorok leherku?’ Batin Rudy.r

r

“Mmmm Pak bisakah digantikan yang lain saja? Saya merasa sakit perut.” Ujar Rudy tiba – tiba beralasan.r

r

“Tidak bisa. Semua orang sibuk dengan tugasnya masing - masing. Kalo kamu sakit perut segera ke kamar mandi dan minum obat ini. Kamu bisa mengantar undangan itu nanti siang setelah perutmu merasa lebih baik.” Ujar Pak Evan lalu menyerahkan obat sakit perut pada Rudy.r

r

Rudy pun menerima obat yang di berikan Pak Evan lalu keluar dari ruangannya. Ia berpikir apa yang akan ia lakukan jika bertemu dengan Ricko. Ia beralasan sakit perut pada Evan supaya tidak bertemu dengan Ricko lagi. Tapi malah di kasih obat sakit perut dan tetap disuruh mengantar undangan ke rumah Ricko.r

r

“Ah aku ada ide. Di antar sekarang saja. Pasti Pak Ricko sedang bekerja sekarang.” Gumam Rudy lalu menjentikkan jarinya dengan semangat.r

r

Ia pun segera mengangkat ratusan undangan di meja lalu memasukkannya ke dalam mobil. Setelah itu ia melajukan mobilnya dengan hati dag dig dug.r

r

Sesampainya di rumah Ricko, Rudy memencet bel pintu rumah Ricko. Ia berharap yang membuka pintu adalah Intan atau pembantu rumah itu. Rudy harap – harap cemas memandang ke arah pintu.r

r

Tidak berapa lama pintu pun terbuka dan keluarlah sang pemilik rumah. Rudy menelan ludahnya dan kakinya gemetar.r

r

“Per permisi Pak. Sa saya mau mengantar undangan yang sudah jadi.” Ujar Rudy pada seseorang yang membuka pintu untuknya yang tak lain adalah Ricko.r

r

Hari ini Ricko sengaja tidak pergi ke perusahaan karena kemarin pihak WO sudah menghubunginya terlebih dahulu. Karena di rumahnya belum ada pembantu, jadi ia tidak membiarkan Intan di rumah sendirian untuk menerima tamu yang mengantar undangan pernikahan mereka.r

r

“Bawa masuk saja.” Ujar Ricko lalu membuka pintu lebar - lebar.r

r

Rudy pun membawa masuk ratusan lembar undangan ke dalam ruang tamu dan menaruhnya di atas meja. Setelah itu ia segera pamit pulang.r

r

Setelah menutup pintu Ricko memanggil Romi melalui ponselnya untuk mengambil dan membantunya menyebarkan undangan.r

r

Intan keluar dan duduk di sofa ruang tamu. Ia melihat tumpukan lembaran undangan yang sudah siap di sebar. Ia merasa tidak percaya bahwa beberapa hari lagi ia akan menjadi pengantin dan di saksikan banyak orang. Di usianya yang masih muda bahkan baru lulus SMA, ia sudah menikah dan hamil. Air mata pun menggenang di pelupuk matanya.r

r

Setelah memutuskan sambungan teleponnya dengan Romi, Ricko menghampiri Intan yang sedang duduk di sofa. Ia melihat Intan terdiam memandangi tumpukan undangan di atas meja.