Chapter 79 BAB 79

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Setelah pulang dari rumah sakit dan makan malam, Intan dan Ricko beristirahat di kamarnya. Tidak berapa lama ponsel Intan bergetar tanda ada whatsapp masuk. Ia pun membukanya.

Vina : Jangan lupa oleh - oleh! ????

Rita : Buat aku juga, ????

Melly : Aku juga mau kale. ????

Intan : Nggak janji ya guys. Soalnya aku disini cuma 2 hari aja. ????

Vina : Yaaah bentar amat Ntan? Emang puas bulan madu cuma 2 hari?

Intan : Siapa yang bulan madu? Orang aku nengokin papa mertua yang sedang sakit. ????

Melly : Bwahahahaha

"Kalo masih mual istirahat, jangan main ponsel mulu!" Ujar Ricko saat melihat Intan menatap ponselnya.

"Iya Mas..." Balas Intan lalu menaruh ponselnya.

"Mas... teman - temanku minta oleh - oleh. Bisakah kita membelinya?" Tanya Intan dengan hati - hati takut Ricko marah sambil menaruh lengan kanannya di bahu Ricko.

"Besok saja. Sekarang sudah malam. Istirahatlah! Besok sore kita akan pulang ke Indonesia." Jawab Ricko sambil memegang tangan kiri Intan.

![](http://up.pic.mangatoon.mobi/contribute/fiction/130912/markdown/4951927/1578387567203.jpg-original600webp?sign=460d4ccf826ffa73a4091da0e7802fde&t=5e72b600)

"Makasih Mas..." Balas Intan senang.

Ke esokan harinya, saat Intan membuka matanya Ricko sudah tidak ada di sampingnya. Ia pun melihat jam di ponselnya ternyata sudah jam delapan pagi. Intan pun segera bangun dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi.

Setelah mandi dan bergantia pakaian, Intan keluar dari dalam kamar dan melihat Ricko sedang duduk di meja makan sedang menikmati kopi. Intan pun menghampirinya dan duduk di kursi depan Ricko.

"Kenapa tidak membangunkanku?" Tanya Intan kesal.

"Kamu kan tidak enak badan? Jadi perlu banyak istirahat. Masalah oleh - oleh aku saja yang belikan. Kamu disini saja." Jawab Ricko.

"Aku ikut Mas..." Rengek Intan.

"Nggak. Kamu istirahat saja. Aku berangkat sekarang. Oh iya Setelah sarapan kemasi barang - barang kita." Balas Ricko seraya berdiri hendak pergi.

"Iya!" Jawab Intan patuh dengan cemberut.

Ia ingin sekali ikut Ricko keluar sekaligus jalan - jalan, tapi Ricko melarangnya. Setelah sarapan Intan mengemasi barang - barangnya dan juga barang Ricko.

2 jam kemudian Ricko kembali dengan membawa papper bag di tangannya lalu menaruhnya di sofa ruang keluarga. Setelah itu ia masuk ke dalam kamar untuk mengecek apakah semua barang sudah dikemas Intan. Intan yang melihat kedatangan Ricko tidak sabar untuk melihat oleh - oleh yang di beli Ricko.

"Mana Mas oleh - olehnya?" Tanya Intan pada Ricko sambil menadahkan tangannya tidak sabar. Ricko pun mengeluarkan beberapa gantungan kunci dari sakunya. Intan menatap gantungan kunci itu di depan matanya sambil membuka matanya lebar - lebar.

"Hanya ini?" Tanya Intan tak percaya. Jauh - jauh ke Singapura hanya untuk membeli gantungan kunci.

"Kenapa?" Tanya Ricko balik.

"Seleramu rendah sekali!" Balas Intan kesal lalu melanjutkan mengemasi barang - barangnya.

"Hey kenapa marah? Di luar masih ada." Balas Ricko sambil merebahkan punggungnya pada tempat tidur.

"Benarkah?" Tanya Intan tak percaya. Ia pun segera keluar kamar mencari oleh - oleh yang di beli Ricko.

Ricko hanya geleng - geleng kepala melihat tingkah Intan. Dikit - dikit marah. Dikit - dikit senang. Ia pun beristirahat untuk menghemat tenaga buat persiapan pulang ke Indonesia nanti sore sekaligus berjaga - jaga mengurus Intan yang mabok.

Di luar kamar, Intan mengeluarkan isi papper bag yang tergeletak di atas sofa. Ia mengeluarkan coklat, kaos, topi, dan tas. Intan sangat senang sekali. Ia pun kembali ke kamar mau mengucapkan terima kasih pada Ricko, tapi sayangnya Ricko sudah tertidur.

Sore hari Ricko dan Intan bersiap - siap untuk berangkat ke bandara. Ketika akan keluar pintu Intan sudah membayangkan akan naik pesawat lagi dan itu membuatnya merasa mual. Ia pun menutup mulutnya dan berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya. Ricko pun menyusulnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Ricko di depan pintu kamar mandi.

"Aku sudah terbayang - bayang akan naik pesawat. Jadi tiba - tiba saja merasa mual Mas." Jawab Intan setelap mengelap mulutnya dengan tissue.

"Ayo segera berangkat. Nanti kita ketinggalan pesawat." Ajak Ricko.

Kini mereka menuju bandara menggunakan taksi.