Chapter 2 BAB 2

Name:Di Paksa Menikah Author:Sifa
Di sekolah Intan tampak murung tidak ceria seperti biasanya. Melly, Vina dan Rita sahabat Intan merasakan ada yang tidak beres dengan sikap Intan. Saat istirahat biasanya Intan yang mengajak mereka ke kantin duluan, tapi kali ini tidak, Intan tetap di bangkunya. Ia melipat tangan di atas meja dan menyembunyikan wajahnya di sana.

"Kamu kenapa Ntan?" Tanya Melly yang kebetulan sebangku dengan Intan. Vina dan Rita yang duduk di depan mereka pun memutar kursi mereka ke belakang menghadap Intan.

"Aku mau dinikahkan sama Bapak," jawab Intan lirih setelah itu air matanya menetes.

"Kenapa tiba - tiba dinikahkan Ntan? Kamu ketahuan pacaran?" tanya Vina penasaran karena ketiga sahabat Intan itu tahu kalau bapaknya Intan melarang Intan untuk pacaran.

"Enggak, aku juga enggak tahu kenapa bapak tiba - tiba menyuruh aku menikah. Bahkan aku belum tahu siapa calon suamiku, wajahnya, usianya, dan pekerjaannya. Yang aku tahu, aku akan menikah di rumah sakit 2 hari lagi," jelas Intan pada ketiga sahabatnya itu. Melly pun memeluk Intan begitu juga Vina dan Rita.

"Sabar ya Ntan, mungkin bapak kamu ada alasan lain," ucap Melly menenangkan hati Intan.

"Yup betul, Positive thinking aja Ntan. Kita selalu ada untuk kamu," tambah Rita memberikan semangat sambil tersenyum.

"Iya Ntan, enak kali nikah. Ada yang nemenin bobok, Hahaha," timpal Vina yang membuat Melly dan Rita ikut tertawa juga. Intan hanya tersenyum mendengarkan candaan Vina.

"Yuk ke kantin lapar nih," ajak Melly. Mereka berempat pun akhirnya pergi menuju kantin bersama.

Sesampainya di kantin, seperti biasa mereka berempat memesan bakso dan es jeruk makanan favorit mereka. Sambil menunggu pesanan datang tiba - tiba Adit menghampiri mereka dan duduk di samping Intan.

"Hai Ntan, kamu kenapa, matamu sembab?" tanya Adit yang melihat Intan tidak seceria biasanya.

"Eggak apa - apa Dit, kamu sudah makan?" tanya Intan mengalihkan pembicaraan.

"Sudah, dari tadi aku nungguin kamu, kamu kenapa?" Tanya Adit penasaran karena ini pertama kalinya ia melihat Intan seperti ini.

"Mmmm aku, aku agak enggak enak badan Dit," jawab Intan berbohong. Ia tidak mau mengatakan yang sebenarnya pada Adit. Ia tahu Adit dari dulu menyukainya. Bahkan beberapa kali menyatakan cintanya, tapi Intan menolaknya karena larangan bapaknya untuk berpacaran.

"Kenapa kamu masuk sekolah kalo sakit Ntan? Ayo ke UKS," ajak Adit sambil menarik tangan Intan.

"Eggak usah Dit, aku enggak apa - apa kok," tolak Intan sambil melepaskan tangannya dari tarikan tangan Adit.

"Ya udah aku ke kelas dulu, kalo ada apa - apa kamu hubungi aku ya?" ucap Adit sebelum pergi. Intan pun mengangguk dan tersenyum.

Setelah bertemu klien, siang itu Ricko menjenguk papanya yang masih berada di rumah sakit. Setiap wanita yang berpapasan dengannya entah itu perawat, dokter, atau anggota keluarga pasien langsung jatuh cinta dengan ketampanan dan kegagahan tubuh Ricko. Ricko ke rumah sakit masih menggunakan kemeja navy dengan setelan jas hitam dan dasi melilit di lehernya. Setelah sampai di ruangan papanya Ricko segera duduk di samping papanya.

"Bagaimana keadaan Papa?" tanya Ricko dengan lembut dan menggenggam tangan papanya dengan kedua tangannya.

"Semakin lemah, Papa rasanya sudah tidak kuat lagi Rick. Oh iya kamu tahu sahabat Papa Pak Ramli kan?" tanya Pak Bambang pada Ricko.

"Iya, kenapa Pa?" tanya Ricko.

"Papa berniat menikahkan kamu sama anak Pak Ramli Rick. Papa ingin menjalin hubungan keluarga dengan beliau sebelum Papa meninggal," ucap Pak Bambang pada Ricko.

"Tidak bisa Pa, Papa tahu kan, Ricko sudah punya Rossa?" tolak Ricko.

"Iya Papa tahu, tapi Papa sudah meminta Pak Ramli untuk menikahkan anaknya dan kamu 2 hari lagi di depan Papa Rick," jawab Pak Bambang.

"Enggak bisa Pa, Ricko enggak mau. Lagipula mengurus pernikahan itu butuh waktu, tidak bisa hitungan hari," balas Ricko.

"Lusa, kamu hanya perlu menikah di depan penghulu Rick, surat - suratnya bisa kamu urus setelahnya. Ayolah Ricko, kabulkan permohonan Papa untuk yang terakhir," ucap Pak Bambang memohon.

"Ricko akan memikirkannya lagi Pa, Ricko harus kembali ke perusahaan sekarang. Beristirahatlah semoga cepat sembuh Pa," ucap Ricko lalu mencium punggung tangan papanya.